Hari ini manokwari terlihat ramai, tidak seperti biasanya.

Globe. Foto By Google Search

Jalan dipenuhi oleh kendaraan yang padat lancar…kadang-kadang terhenti total. Deru mesin motor bersuara keras, dicampur suara klakson mobil benar-benar melengkapi suasana hari ini yang sedang panas terik.

"henry, hari ini kenapa kah?” Tanyaku kepada Hendry sambil tetap mempertahankan kecepatan kakiku menapaki trotoar. Hari ini kami memang sengaja berjalan kaki di sepanjang pusat keramaian Manokwari. Biasaa!…tugas kantor harus tunaikan, pagi tadi pimpinan kami meminta untuk mewawancarai masyarakat terkait dengan pemanasan global.

“Kurang tahu kawan, tapi kendaraan hari ini memang agak ramai”. Jawabnya sambil ikut mempercepat langkahnya untuk dapat mengimbangiku yang memang semakin cepat.
Bukan! Maksud saya kenapa hari ini panas sekali ya?. Tanyaku lanjut kepadanya.
“Ooooo!…Tidak tau, mungkin ini namanya pemanasan global kah? Haha..”. Jawab hendry dengan sedikit bercanda.

“Ko tau apa itu pemanasan global? Atau setidaknya, ko tau apa penyebabnya?” Tanyaku dengan sedikit menyelidik,

“aduh kawan!, sa tra tau, mungkin ko bisa cerita kah? Maklum saya tidak terlalu mendapat informasi yang banyak”, katanya sambil duduk di lobby salah satu bank di manokwari. Tidak terasa, kami rupanya telah tiba di bank tersebut.

“Baiklah, sambil istirahat saya akan ceritakan, tapi bukan tentang pemanasan global, tetapi salah satu penyebab nya.

Saya pun ikut duduk disampingnya, menghela nafas dan mulai bercerita. Para pembaca ceritanya begini.

Di kota manokwari, kita sering melihat alat-alat berat sibuk, mesin menderu membongkar tanah, membangun berbagai gedung-gedung. Sebagian lain membuat jalur yang akan dijadikan jalan…namanya juga sedang membangun, pembangunan di semua sektor. Mulai dari sektor kehutanan, pertanian, perpajakan, dan lainnya. Yang bertujuan untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah. tapi yang mengerikan sebenarnya adalah bagaimana mesin mesin perkasa dan rakus itu dengan mudahnya menelan sumber daya alam di Papua, khususnya hutan. Bak gunting memetik bunga di taman, seperti itulah gambaran yang mungkin tepat. Dampaknya jelas. Hasil penelitian beberapa tahun lalu, mengatakan bahwa setiap menit, hutan papua telah habis seluas lapangan bola. Benar atau tidak, buat saya perumpamaan itu saja sudah menakutkan!

“Tidak ada kah pihak yang bisa menghentikan itu Abi?” tanya hendry memotong ceritaku.
“Dengar dulu lah, nanti baru kita diskusikan”, timpalku sekaligus melanjutkan ceritaku.
…..Melihat keadaan tadi, sepertnya orang atau pihak yang berkompeten hanya diam, tidak melakukan apapun sesuatu atau bertindak untuk menyikapinya. Kini sumber daya alam, hususnya hutan semakin habis, padahal mereka tidak sadar bahwa keberadaan satu pohon dapat menyumbangkan udara bersih kepada tiga orang sakaligus.

Pengerukan sumber daya alam selalu dilakukan dengan mengatasnamakan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat, walaupun yang saya lihat berbeda, Menurut saya, pengelolaan hutan saat ini yang tidak mengedepankan prinsip keberlanjutan lebih kepada gambaran sifat manusia yang serakah. Persoalan pemanfaatan sumber daya hutan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan manusia sebenarnya bisa di lakukan. Yang terpenting dalam mengelola hutan adalah apa yang akan kita dapat dipertanggungjawabkan, mengedepankan masa depan. Persoalan hutan bukanlah masalah kekinian, tetapi juga menjadi masalah bagi anak cucu atau digenerasi akan datang. Jika cara pengelolaan yang tidak berkelanjutan terus dilakukan, saya yakin anak masa depan akan mencap nenek moyangnya adalah manusia yang kejam yang tidak pernah berfikir tentang kehidupan mereka.

Tentu kita tidak ingin hal sepeti itu, terjadi kepada kita semua. Walaupun demikian, beberapa orang dimasa kini, mulai menyadari hal tersebut, mereka menaman pohon untuk kepentingan bersama. Ini adalah sesuatu yang baik. Sudah tentu alam pikiran saya bukanlah pohon rambutan atau durian. Begitulah ceritanya kawan. Kataku kepada hendry mengakhiri ceritaku yang panjang. Baru, kita secara pribadi, apakah ikut terlena dan diam dengan keadaan ini? atau ada yang kita bisa lakukan? Tanya hendry penasaran.

“Oh…tentu kita tidak boleh diam, kita harus lakukan apa yang bisa kita lakukan”.kataku. “mulailah dengan hal kecil”, Seperti menanam satu pohon, merawatnya hingga besar, buanglah sampah pada tempat yang disedikan, jangan bosan menceritakan tentang kebaikan alam. dan banyak lagi, lakukanlah itu, hingga orang mengikuti caramu, setelah itu,
percayalah…….Sunshine Becomes you.


Comments

Popular Posts